Ternyata sulit banget untuk bertahan.Aku nggak tau apa yang aku lakukan
ini sama atau nggak dengan cwek yang
lainnya.Hampir setiap hari,aku mengecek fbnya.Jadi penyelidik seperti detektif
conan.Menyelidiki pesan,profil dan fotonya.Aku kaget,kok banyak banget foto
cwek cantik di album fotonya.Ketika ku tanya,dia hanya menjawab “Itu Cuma
temen”tapi ketika aku suruh hapus,dia nggak mau.Dengan alasan”Nggak enak dengan
temen aa sayang.”Apanya yang nggak enak coba?bikin aku tambah curiga aja.
Dibalik kecurigaan itu
tersimpan kebenaran.Kalau dia memang setia.Dan itu hanya kecurigaan yang
berlebihan.Dan hanya aku yang selalu ada
di hatinya.Rasanya lega banget,rasa curiga itu udah pergi.
Tak terasa sudah 5 bulan
kami pacaran.Rasa curiga memang sedikit hilang.Tapi bisa aja kan dia punya
pacar baru disana.Kan dia udah kerja.Aku jadi teringat janji tulusnya.Janji
akan menemuiku.Hati ku berkata “Apa dia masih ingat janjinya yang 5 bulan
lalu?apa aku telfon aja yah?lagian udah seharian aku nggak nelfon dia”
Tak berapa lama telfon pun
tersambung,dan terdengarlah suara indah itu.Suara yang tidak bisa aku lupakan
sampai sekarang.
“Halo,kenapa
sayang?”Tanyanya
“Lagi sibuk yah aa?”Tanyaku
“Kebetulan lagi istirahat”
“Sayang,kamu masih ingat
nggak dengan janji kamu?”
“Oh,,janji yang keJambi itu
kan sayang?aa masih inget kok.Tapi kayaknya masih lama deh aa keJambinya”
“Kok gitu?”Tanya ku heran
“Kan uangnya belum banyak sayang”
“Tapi kan udah 5 bulan aa?”
“Iya sih,tapi belum cukup”
“Oh,yaudah deh kalau
gitu”Tut..tut..tut...
Aku berharap aa nggak
bohong.
Suatu hari aa pernah
bertanya kepada ku.”Di Jambi dimananya sayang tinggal?”Jelas aku seneng banget
dia nanya kayak itu.Akhirnya dia mau ke Jambi juga.
“Di Perumnas kota baru,deket
polsek.Nomor rumah 02.Rt 26,Rw18.”
“Oh,sabar yah sayang,mungkin
2 tahu lagi.2tahun nggak lama kok sayang.”
Entah kenapa rasa cinta ini
seakan-akan mulai mulai luntur.Aku jadi sering menyakitinya,dan kami sering
bertengkar.
Baru kusadari mungkin LDR
itu memang bagus untuk menguji kesabaran
cinta.Tapi nggak dengan keadaan yang seperti ini.Jujur,aku sabar menanti
kedatangannya.Tapi disisi lain aku kasihan dengan dia.Giat bekerja bukan hanya
untuk keluarganya,tapi juga untukku,dan untuk meminangku kelak.Aku tak tega,dia
lebih pantas mendapatkan wanita yang tinggal disana.Yang jaraknya deket.Dan
akhirnya aku memilih kata yang paling menyakitkan,kata yang sebelumnya nggak
pernah ku ucapkan.Yaitu”Berpisah.”
“Aa,Sebelumnya dedek minta
maaf.Ka..ka..yakk.nya.. pilihan terbaik buat kita sekarang
be..ber..pisah deh.”Suara ku mulai berubah serak,dan
terbata-bata.permata bening pun mengalir,karna
ketidaksanggupan ku mengucapkan kalimat sekejam itu.
“Lha kok gitu sayang?”
“Dedek pingin lihat kakak
ba..ba..haa..giiaa”Jawab ku dengan suara yang semakin serak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar